Friday, July 24, 2020

Benarkah Covid-19 "Tak Semengerikan Itu"? Ini Data dan Fakta soal Virus Corona Halaman all - Kompas.com



Benarkah Corona "Tak Semengerikan Itu"? Ini Data dan Fakta soal Virus Corona Halaman all





KOMPAS.com - Penyebaran virus corona masih menimbulkan keresahan di hampir semua negara di dunia.


Meski aktivitas perlahan kembali berjalan, banyak yang berubah dalam keseharian.


Pemerintah masih sedang upaya penanganan virus penyebab Covid-19 ini. Masyarakat diminta disiplin sedang protokol pencegahan penularan Covid-19.


Laporan adanya infeksi virus corona macam baru dilaporkan di Wuhan, China, pada 31 Desember 2019. Artinya, telah sekitar 205 hari virus ini menyebar.



Ratusan hari berjalan, belum ada Standar penurunan angka infeksi harian, meski titik episentrum virus sudah bergeser, dari China menuju Eropa kemudian Amerika Latin.


Bahkan, dalam sepekan terakhir, data Organisasi Kesehatan Global (WHO) menunjukkan rekor tambahan kasus baru tertinggi dalam 24 jam sebanyak 237.734 perkara infeksi pada 18 Juli 2020.


Selain itu, hampir 1 juta perkara baru dilaporkan dalam waktu 100 jam atau 4 hari pada periode 14-18 Juli 2020.


Pada Rabu (22/7/2020) malam, menurut data Worldometers, angka infeksi virus corona secara global sudah mencapai 15 juta kasus dengan 622.365 kematian,dan 9,1 juta pasien dinyatakan sembuh.


Kendati demikian, perdebatan tentang bahaya atau tidaknya virus corona terus bergulir hingga detik ini.


Benarkah virus corona tak semengerikan itu, tampaknya sempat ramai di media sosial beberapa hari ini?


Lebih menular



Petugas kesehatan melakukan melakukan tes usab terhadap seorang penumpang KRL di Stasiun Bogor, Selasa (7/7/2020).
KOMPAS.COM/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH

Petugas kesehatan melakukan melakukan tes usab terhadap seorang penumpang KRL di Stasiun Bogor, Selasa (7/7/2020).



Misteri tentang virus corona jenis baru belum terpecahkan sepenuhnya. Kerap pula terjadi perdebatan-perdebatan di JumAwang-awang para ilmuwan, misalnya soal metode penularan virus.


Awalnya, virus corona disebut cuma bisa menular melalui tetesan atau droplet penderita yang dikeluarkan saat batuk atau bersin.


Akan tetapi, penelitian terbaru memperlihatkan bahwa Covid-19 dimungkinkan bisa bertahan di udara dan menular.


Sempat terjadi perdebatan panjang JumAwang-awang WHO dan sejumlah ilmuwan dunia hingga akhirnya potensi penularan melalui aerosol itu diakui WHO pada 9 Juli 2020.


Temuan baru itu kembali menegaskan bahwa potensi penularan Corona sangat besar, khususnya di ruangan tertutup dan kerumunan massa.


Para ilmuwan sebelumnya juga sudah menyebut bahwa struktur virus SARS-CoV-2 memungkinkannya Hiperbola menular dibandingkan virus sejenisnya, seperti SARS dan MERS.



Baca juga: Yang Ekspansi Dipahami soal Penularan Virus Corona Melalui Udara


Kasus di berbagai Kompatriot, termasuk Indonesia



Petugas membersihkan area sekitar podium sebelum pengarahan harian satuan tugas wabah virus corona (COVID-19) di ruang briefing Gedung Putih di Washington, Amerika Perkumpulan, Senin (13/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis/foc/djo
ANTARA FOTO/REUTERS/LEAH MILLIS

Petugas membersihkan area sekitar podium sebelum pengarahan harian satuan tugas wabah virus corona (COVID-19) di ruang briefing Gedung Putih di Washington, Amerika Perkumpulan, Senin (13/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis/foc/djo



Meski banyak Kompatriot telah mendeklarasikan kesuksesan mereka dalam menghentikan laju Corona, tak sedikit pula negara yang masih berjuang menghentkan laju pandemi.


Amerika Perkumpulan menjadi negara dengan kasus tertinggi di dunia yang memiliki 4 juta perkara infeksi dan 145.276 kematian.


Negeri Paman Sam itu bahkan saat ini disebut semakin terpuruk karena tingkat penyebaran perkara yang semakin cepat.


Singkatnya, butuh 99 hari bagi AS buat mencapai 1 juta kasus sejak laporan pertamanya pada 21 Januari 2020.


Namun, cuma butuh 43 hari setelahnya untuk mencapai 2 juta kasus.


Kemudian, perkara di AS mencapai 3 juta dalam waktu 28 hari. Terbaru, cuma butuh 2 minggu untuk mencapai 1 juta perkara di AS, sehingga total kasus menjadi 4 juta.


Brazil menyusul AS Berhubungan dengan 2,1 juta kasus infeksi dan 81.487 kematian.



Baik AS maupun Brazil, pemimpin kedua Rekan senegara itu kerap mendapat sorotan karena dianggap meremehkan virus corona dan tak mengeluarkan tindakan tegas bagi mencegah penularan semakin meluas.


Indonesia pun tak luput memperoleh sorotan dunia. Pasalnya, kasus Covid-19 di Tanah yang sudah Air belum menunjukkan tanda akan melandai serta memiliki masalah terbanyak di Asia Tenggara dan Asia Timur Berhubungan dengan 91.751 kasus infeksi dan 4.459 kematian.



Baca juga: Angka Kasus Corona Sudah di Atas China, Apa Catatan bagi Indonesia?


Kisah seorang warga AS



Ilustrasi virus corona, vaksin virus corona
Shutterstock

Ilustrasi virus corona, vaksin virus corona



Seorang pria berusia 30 tahun dari Texas, AS meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona, setelah menghadiri pesta Covid-19.


Menurut keterangan perawat, pesta itu sengaja dibuat Berhubungan dengan tujuan sengaja menyebar virus karena mereka menganggap Corona sebagai hoaks.


"Pesta tersebut diselenggarakan oleh seseorang yang positif terinfeksi virus corona dan dia ingin mengetahui apakah virus itu benar-benar Kenyataan dan bisa menginfeksi orang lain," kata Dr Appleby, dokter yang merawat pria itu, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 12 Juli 2020.


"Pria itu tidak mengurangi terlalu percaya. Penyakit Covid-19 disebutnya hoaks. Dia Kerangka berpikir dia masih muda dan tidak mungkin terinfeksi penyakit itu," sambungnya.


Usai menghadiri pesta, pria itu mengalami sakit kritis.


"Saya telah melakukan kesalahan, saya Kerangka berpikir ini hoaks, ternyata tidak," kata pria tersebut sebelum meninggal.


Di Indonesia, sejumlah acara sepertinya pesta pernikahan dan perayaan wisuda tercatat menjadi mapersoalan satu sumber penyebaran. Peristiwa terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.


Oleh karena itu, masyarakat diingatkan bagi patuh protokol dan menghindari kerumunan, serta keluar Rongga di bawah rumah untuk keperluan yang memang mendesak.



Baca juga: Pesanggrahan untuk Kita Semua dari Temuan Kasus Corona di Pesta Wisuda...


Peringatan WHO dan epidemiolog



Ilustrasi virus corona, Covid-19
Shutterstock

Ilustrasi virus corona, Covid-19



Pada Mei 2020, WHO telah memperingatkan bahwa virus corona tak akan Kehilangan cairan tubuh meski ada vaksin.


Direktur Kedaruratan WHO dr Mike Ryan menyampaikan, vaksin Covid-19 berfungsi untuk mengendalikan, bukan menghilangkan virus dari muka bumi.


"Penting diketahui, virus (corona baru) ini bisa menjadi virus endemik yang ada di masyarakat, dan virus ini mungkin tidak mengurangi akan pernah hilang," ungkap Ryan, dikutip dari Kompas.com, 14 Mei 2020.


Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyampaikan, butuh sinergi dari empat pihak untuk melandaikan kurva, khususnya di Indonesia.


Pertama, pemerintah provinsi dengan penguatan strategi test, tracing, dan isolasinya yang merujuk pada target WHO.


Kedua, masyarakat Berhubungan dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, yaitu memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan.


Ketiga, para ilmuwan dan akademisi konsisten memberi Sasaran dan peringatan berbasis sains.


Keempat, keterlibatan masyarakat sipil sebagai inisiator gagasan dan mitra strategis pemerintah provinsi dalam pelaksanaan program.




KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo


Infografik: Macam-macam Penularan


Virus Corona





Artikel ini telah ditampilkan oleh www.kompas.com dengan judul Benarkah Covid-19 "Tak Semengerikan Itu"? Ini Data dan Fakta soal Virus Corona Halaman all - Kompas.com.

Silahkan share jika bermanfaat.


powered by Blogger News Poster

No comments:

Post a Comment