Tuesday, August 4, 2020

Covid-19 tanpa simtom: Kerusakan pada paru-paru terhadap pasien virus corona tanpa gejala, yang diketahui sejauh ini - BBC News Indonesia



Covid-19 tanpa simtom: Kerusakan pada paru-paru terhadap pasien virus corona tanpa gejala, yang diketahui sejauh ini












foto ilustrasi orang mengenakan masker





Keterangan gambar,

Bahaya orang tanpa gejala adalah mereka menmemperoleh menulari virus tanpa menyadarinya dan mereka baru ke Rongga di bawah rumah sakit setelah terlambat.








Pasien virus corona tanpa gejala atau yang disebut asimtomatik tetapi dapat mengalami kerusakan organ tubuh, menurut satu penelitian di Amerika Perkumpulan dan pengalaman seorang dokter di Inggris.


Para peneliti di Scripps Research di La Jolla, California, AS, yang menganalisa data publik menemukan bahwa 45% orang yang terkena Corona, tidak mengalami gejala yang biasa diakibatkan oleh virus corona, sepertinya batuk kering, demam dan tersengal-sengal.


Apa yang ditemukan juga dari pemindaian melalui CT scan - prosedur yang menggunakan sinar X, Berhubungan dengan hasil yang diolah dengan komputer - Berlebihan dari setengah pasien asimtomatik memiliki gejala kerusakan paru-paru serius.


Tim peneliti menyampaikan temuan itu merupakan bukti bahwa mereka yang tak mengalami gejala virus corona, memainkan peranan utama dalam menyebarkan virus dan menunjukkan perlunya tes dalam skala Otak besar, serta melakukan pelacakan kontak yang merupakan faktor yang sangat penting.


Sementara John Kinnear, dekan Fakultas Kedokteran, Anglia Ruskin University, Inggris, menceritakan pengalamannya memeriksa pasien tanpa gejala dan terkejut melihat kerusakan paru-paru yang dialami pasien.


"Saat saya tiba Berhubungan dengan perlengkapan alat pelindung diri lengkap dan siap bagi melakukan sedasi kepada pasien sebelum menggunakan ventilator, saya kira saya tiba di tempat Tidak bisa tidur yang salah," tulis Kinnear dalam kajiannya.


"Ia duduk Berhubungan dengan tenang, sambil berbicara dengan putrinya melalui telepon seluler dan terkejut Berhubungan dengan penampilan saya dengan APD. Saya mengira kolega saya terlalu berlebihan. Namun saya memeriksa kadar oksigen di Kurang darah untuk berjaga-jaga, lebih pada insting bukan karena khawatir."


"Dari penampilannya, saya diperkirakan kondisi paru-paru normal (100%), namun ternyata hanya 75%, dan itu tingkatan yang biasanya membuat orang tidak mengurangi sadar."


"Saya segera sadar bahwa banyak pasien yang dalam keadaan parah akibat Covid-19, tidak mengalami gangguan pernafasan sampai mereka kemudian tiba-tiba ambruk dan meninggal," tulisnya lagi.



Temuan tim di Amerika Serika
t


Para peneliti di Scripps Research di La Jolla, California, mengkaji responden dari 16 grup yang berbeda, termasuk para narapidana, penumpang kapal pesiar, serta orang lanjut usia di panti jompo.


Data dari penumpang kapal pesiar, memamerkan 54% dari 76 pasien tanpa gejala, memiliki kerusakan paru-paru yang ditunjukkan melalui CT scan.












Keterangan gambar,

Banyak orang yang terkena Corona tidak mengalami gejala seperti batuk dan demam.







Gambar paru-paru yang pekat memamerkan organ ini penuh dengan cairan, bakteri atau sel kekebalan.


"Penyebaran virus tanpa diketahui ini membuat situasi semakin Hiperbola sulit untuk dikendalikan," kata Dr Eric Topol, profesor kedokteran molekuler di Scripps Research.







Keterangan gambar,

CT Scan memperlihatkan pasien tanpa gejala mengalami kerusakan paru-paru.







"Kajian kami mengangkat pentingnya pemeriksaan. Jelas bahwa Herbi tingginya pasien tanpa gejala ini, kita perlu memasang jaring buat tes seluas mungkin, bila tidak akan sulit meredam virus," kata Topol dalam studi yang diterbitkan di Annals of Internal Medicine.












Keterangan gambar,

Masih banyak misteri di seputar Covid-19.








John Kinnear dari Anglia Ruskin University menceritakan analisanya melalui The Conversation terkait pemeriksaan pasien.


Dua pasien mengajarkan saya mengenai infeksi Covid-19 dan menantang pengetahuan saya terkait radang paru-paru, tulisnya.


"Pasien pertama yang terinfeksi Corona yang datang ke rumah sakit saya mungkin tampaknya pasien-pasien di rumah sakit lain saat itu. Ia adalah pria lanjut usia yang mengalami radang paru-paru, namun belum dites dan diprediksi terinfeksi. Tim pakar memeriksanya dan memberikan oksigen kadar tinggi serta dimasukkan ke bangsal khusus. Ia meninggal pada malam itu."


"Pasien kedua adalah perempuan tengah baya yang dirujuk ke perawatan intensif buat mendapatkan perawatan melalui ventilator. Kematian pasien pertama membuat saya cemas, dan saya bergerak buat memeriksanya. Saat menuju bangsal, saya membayangkan, pasien sulit bernafas, sulit berbicara."


"Ia duduk Herbi tenang, sambil berbicara dengan putrinya melalui telepon seluler dan terkejut Herbi penampilan saya dengan APD lengkap. Saya mengira kolega saya terlalu berlebihan. Namun saya tapi memeriksa kadar oksigen di darah untuk berjaga-jaga, Hiperbola pada insting bukan karena khawatir."


"Dari penampilannya, saya diprediksi kondisi paru-paru normal (100%), namun ternyata cuma 75%, dan itu kondisi yang biasanya membuat orang menambah sadar."



Kerusakan paru-paru yang tak
disadari


"Penjelasan ilmiah soal pelajaran awal yang saya menmemperoleh ini muncul dari studi di Wuhan, China, yang menggambarkan perubahan patologi paru-paru melalui CT scan dari pasien yang sama Rapel tidak menunjukkan gejala."


Asimtomatik bukan hal baru pada penyakit infeksi lain tampaknya MRSA, namun mencolok pada kasus Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona, dan bahwa juga dapat menyebabkan kerusakan organ, tulis Kinnear.


Yang masih menjadi misteri adalah, walaupun terjadi perubahan pada organ Dehidrasi, pasien tidak menunjukkan gejala pneumonia atau radang paru tampaknya nafas tersengal-sengal.


Sekitar 25% pasien dalam studi itu mengalami demam, batuk dan sesak napas, namun banyak yang menambah mengalami gejala.


Studi itu menekankan, menambah ada gejala bukan berarti pasien tidak terancam bahaya.


Pasien tanpa gejala berisiko menginfeksi individu lain dan publik.


Nasihat yang diberikan kepada pasien tanpa gejala adalah tapi tinggal di rumah.


Risiko terberat dari mereka adalah bisa meninggal mendadak atau masuk Kolong sakit pada saat kondisi sudah terlambat.


"Hal ini yaitu mimpi buruk bagi kesehatan masyarakat. Sebanyak 40-45% orang yang terinfeksi SARS-CoV2 menambah mengalami gejala, dengan tingkat penularan yang sama tingginya Herbi mereka yang sakit."


"Ini adalah penularan yang tak tampaknya yang akan terus terjadi sampai 14 hari dan ini Elaborasi mengangkat pertanyaan tentang keefektifan strategi melakukan tes atau penggunaan mesin pemindai tampaknya pengukur suhu," tulis Kinnear lagi.


GEJALA dan PENANGANAN: Covid-19: Demam dan batuk Ebi terus menerus


PETA dan INFOGRAFIS: Citra pasien yang terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia


VAKSIN: Seberapa Akselerasi vaksin Covid-19 tersedia?


PENCEGAHAN: Tips melindungi diri dan mencegah penyebaran virus corona



Laporan khusus BBC terkait Covid-19



Sudah pernah menyimak saluran YouTube BBC Indonesia? Silakan berlangganan





Artikel ini telah ditampilkan oleh www.bbc.com dengan judul Covid-19 tanpa simtom: Kerusakan pada paru-paru terhadap pasien virus corona tanpa gejala, yang diketahui sejauh ini - BBC News Indonesia.

Silahkan disimpan jika bermanfaat.


powered by Blogger News Poster

No comments:

Post a Comment