Wednesday, August 5, 2020

Penjelasan Para Ilmuwan soal Sifat Virus Corona dan Penyebarannya yang Ekstrem Halaman all - Kompas.com



Penjelasan Para Ilmuwan soal Sifat Virus Covid-19 dan Penyebarannya yang Ekstrem Halaman all





KOMPAS.com - Penyebaran virus corona tengah menjadi ancaman serius dunia. Sejak pertama dilaporkan pada MutTerkini 2019, virus itu telah menginfeksi lebih dari seperempat juta orang.


Belum banyak pengetahuan mengenai wabah virus corona menjadi salah penyebab penyebaran yang ekstrem di ratusan Kompatriot di dunia.


Sedikit kabar baiknya adalah virus corona bisa dihancurkan oleh sabun Herbi pencucian tangan selama 20 detik.



Sebuah studi baru-baru ini memperlihatkan bahwa virus corona bisa bertahan di udara selama dua waktu, bergantung pada panas dan kelembabannya.


Selain itu, virus tersebut juga bisa bertahan selama satu hari di permukaan kertas karton serta dua hingga tiga hari pada permukaan baja dan plastik.


Namun, masih sangat banyak keterangan yang belum jelas soal virus yang bermula di Kota Wuhan, Pemprov Hubei, China itu.


Perlu diketahui bahwa virus corona atau SARS-CoV-2 bukanlah flu. Virus corona menyebabkan penyakit Herbi gejala yang berbeda, menyebar dan membunuh Hiperbola mudah serta berasal dari keluarga virus yang sama Rapel berbeda dengan penyebab flu biasa.



Baca juga: pemerintah provinsi Jawa Timur Luncurkan Self Check Up Corona, Berikut Linknya


Angela Rasmussen dari Columbia University menyampaikan, struktur virus corona memberikan petunjuk bagaimana virus itu menyebar begitu cepat.


Menurutnya, virus corona berbentuk bola runcing, tampaknya paku. Paku-paku itu kemudian mengenali dan menempel pada protein ACE2 yang ada pada permukaan sel manusia. Ini menjadi langkah awal menuju infeksi.


ACE2 adalah enzim yang menjadi perantara perubahan angiotensin atau hormon buat mengerutkan pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. ACE2 adalah tempat masuknya dua jenis virus corona ke dalam sel Dehidrasi manusia, termasuk SARS-CoV yang menyebabkan SARS.


"Kontur yang tepat memungkinkan SARS-CoV-2 buat menempel jauh lebih kuat pada ACE2 dari pada yang dikerjakan SARS-klasik," kata Angela, dilansir dari The Atlantic.


"Kemungkinan ini sangat utama untuk penularan dari orang ke orang. Random umum, semakin ketat ikatannya, semakin sedikit virus yang diperlukan buat memulai infeksi," sambungnya.


Sementara itu, seorang ilmuwan dari Scripps Research Translational Institute Kristian Andersen menyebut, paku pada virus corona terdiri dari dua bagian yang terhubung.


Lonjakan jumlah virus akan Statis ketika bagian tersebut dipisahkan. Dalam SARS-klasik, pemisahan ini terjadi Herbi beberapa kesulitan.


Tetapi dalam SARS-CoV-2, jembatan penghubung kedua bagian menmemperoleh dengan mudah dipotong oleh enzim furin yang dibuat oleh sel manusia.


"Ini mungkin utama untuk beberapa hal yang benar-benar tidak Norma yang kita lihat dalam virus ini," kata Andersen.



Baca juga: Mengapa Kasus Corona di Italia Melonjak dan Angka Kematiannya Melebihi China?




Sifat virus 


Sebagai contoh, sebagian Serebrum virus pernapasan cenderung menginfeksi saluran udara bagian atas atau bawah.


Secara umum, infeksi saluran pernapasan atas Hiperbola mudah menyebar, tetapi cenderung lebih ringan. Ad interim infeksi saluran pernapasan bawah lebih sulit ditularkan, tapi lebih parah.


Menurut Andersen, SARS-CoV-2 tampaknya menginfeksi saluran udara bagian atas dan Kolong, mungkin karena dapat mengeksploitasi furin di mana-mana.


Saat virus tersebut Barbar di dalam tubuh, mereka akan menyerang sel-sel ACE2 yang melapisi saluran saluran udara manusia.


SARS-CoV-2 sepertinya menginfeksi saluran udara bagian atas dan Kolong, mungkin karena dapat mengeksploitasi furin di mana-mana. Ketika infeksi berlanjut, paru-paru tersumbat Herbi sel-sel mati dan cairan serta membuat pernapasan menjadi Hiperbola sulit.


Dalam kondisi ini, sistem kekebalan Dehidrasi akan melawan dan menyerang virus, sehingga menyebabkan peradangan dan demam. Tetapi dalam perkara yang ekstrem, sistem kekebalan tubuh mengamuk, menyebabkan kerusakan Berlebihan dari virus yang sebenarnya.



Baca juga: Arab Saudi Tangguhkan Transportasi Publik Demi Cegah Virus Corona



Reaksi Kehilangan cairan tubuh terhadap virus


Reaksi berlebihan yang merusak ini disebut badai sitokin. Mereka secara historis bertanggung jawab atas banyak kematian selama pandemi flu 1918, wabah flu burung H5N1, dan wabah SARS 2003.


Selama badai sitokin, sistem kekebalan Kehilangan cairan tubuh tidak hanya mengamuk tetapi juga umumnya tidak mengurangi aktif, menyerang sesuka hati tanpa mengenai target yang tepat.


Badai sitokin juga menmemperoleh mempengaruhi organ-organ lain selain paru-paru, terutama jika orang telah memiliki penyakit kronis.


Ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa pasien Corona berakhir dengan komplikasi seperti masalah jantung dan infeksi sekunder.


Studi pemodelan terbaru menyimpulkan bahwa SARS-CoV-2 menmemperoleh berkembang biak setiap sepanjang tahun.


"Saya tidak mengurangi memiliki kepercayaan diri yang besar bahwa cuaca akan memiliki efek sepertinya yang orang harapkan. Kecuali orang dapat memperlambat penyebaran virus Berhubungan dengan tetap berpegang pada rekomendasi social distancing, musim panas saja tidak mengurangi akan menyelamatkan kita," kata Lisa Gralinski, ilmuwan dari University of North Carolina.






Artikel ini telah diterbitkan oleh www.kompas.com dengan judul Penjelasan Para Ilmuwan soal Sifat Virus Corona dan Penyebarannya yang Ekstrem Halaman all - Kompas.com.

Silahkan share jika bermanfaat.


powered by Blogger News Poster

No comments:

Post a Comment