Friday, August 14, 2020

Virus corona: Mungkinkah terinfeksi tapi tidak sakit? - BBC News Indonesia



Virus corona: Mungkinkah terinfeksi tapi tidak mengurangi sakit?







  • Pijar Anugerah

  • BBC Indonesia

















Keterangan gambar,

Ilustrasi virus corona








Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Indonesia membuat bingung warganet saat mengatakan bahwa seorang warga Jepang yang baru pulang dari Indonesia menambah terinfeksi COVID-19, meskipun dinyatakan positif SARS CoV-2.


Organisasi Kesehatan Global (WHO) memberi nama penyakit yang disebabkan virus corona baru COVID-19, sementara virusnya Otodidak SARS CoV-2 — dan banyak orang, termasuk media, memakai kedua nama itu dalam menjelaskan wabah virus corona baru yang asal dari Wuhan.


Tapi mungkinkah seseorang terinfeksi SARS CoV-2 tapi menambah menderita COVID-19?


Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, menyampaikan ia menyebut pria Jepang yang dinyatakan positif virus corona setelah pulang berlibur di Bali itu bukan yaitu kasus COVID-19, karena otoritas kesehatan Jepang berkali-kali menyampaikan bahwa wisatawan tersebut terinfeksi SARS Coronavirus Tipe 2 (SARS CoV-2).


"Kita mengklarifikasi ke otoritas kesehatan Jepang, mereka menjawab bahwa Futuristis tersebut dirawat dengan infeksi SARS Coronavirus Tipe 2 (SARS CoV-2). Kita konfirmasi lagi, tapi jawabannya adalah SARS Coronavirus Tipe 2," ujarnya kepada BBC News Indonesia.


"Ini berbeda Herbi statemen otoritas kesehatan Jepang juga terhadap para ABK kita yang ada di [kapal] Diamond Princess, yang telah tegas disebut sebagai COVID-19."


Achmad menjelaskan bahwa bahwa berdasarkan pendapat sejumlah pakar, SARS CoV-2 memiliki perbedaan yang yaitu bentuk mutasi dari virus yang awal ada di Wuhan yang dikenal Herbi novel coronavirus.


Mutasi tersebut diyakini menyebabkan dua kasus positif SARS CoV-2 menunjukkan gejala klinis yang ringan atau bahkan menambah menunjukkan gejala sama sekali alias asimptomatik.


Pasien yang dinyatakan positif SARS CoV-2 di Jepang, kata Achmad, memperlihatkan "ada gejala, tapi ringan, tidak seperti yang di Wuhan itu."


Keyakinan akan mutasi itu membuat Kementerian Kesehatan memperpanjang masa observasi para WNI yang bekerja di Perahu Diamond Princess menjadi 28 hari dari yang biasanya cuma dua pekan.


"Gejala yang muncul sekarang Hiperbola ringan, ada beberapa malah tanpa gejala. Dan inkubasinya menambah lebih dari 14 hari, tapi ada dua laporan yang memanjang sampai lebih dari dua kali 14 hari, tampaknya yang terjadi di Diamond Princess," kata Achmad kepada BBC News Indonesia.












Keterangan gambar,

Hingga saat ini, belum ditemukan pasien positif SARS CoV-2 di Indonesia.








Laporan situasi COVID-19 yang diterbitkan WHO pada tanggal 21 Februari menyebutkan bahwa dari 1.200 laporan perkara di luar China, 30 pasien yang terdeteksi menambah menunjukkan gejala atau asimptomatik.


Ilmuwan di China juga melaporkan bahwa dalam studi terhadap satu keluarga, ditemukan orang-orang yang terdeteksi positif SARS-CoV 2 namun menambah menunjukkan gejala.


Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal ilmiah Lancet, seorang laki-laki bepergian dari kota Wuhan ke Guangzhou memakai kereta api bersama istri dan anaknya.


Ketiganya dinyatakan positif SARS-CoV 2 lewat uji qRT-PCR namun cuma sang suami yang mengalami gejala sakit tampaknya kenaikan suhu tubuh, radang tenggorokan, dan berkurangnya jumlah limfosit.


Tri Yunis Miko Wahyono, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), menyampaikan bahwa seseorang bisa saja terinfeksi SARS-CoV 2 tapi menambah menderita sakit Covid-19. Hal itu tergantung dari jumlah virus yang masuk ke dalam Kehilangan cairan tubuh dan ketahanan tubuh orang tersebut.


"Semakin banyak virus yang masuk, semakin berat melawannya. ... Yang pertahanan tubuhnya menang, bisa asimptomatik atau [gejala] ringan," ujarnya kepada BBC News Indonesia.


Namun orang yang asimptomatis tetapi bisa menyebarkan virus, kata Miko. Karena itu ia menyampaikan otoritas kesehatan perlu memperketat pengawasan dan pemantauan pada mereka yang menjalani karantina Rongga di bawah rumah karena ada kemungkinan terdapat kasus yang tidak mengurangi terdeteksi oleh skrining di bandara.


Ia memperingatkan bahwa dinas kesehatan dan Puskesmas di sejumlah kepala daerah wisata seperti Bali bisa kesulitan dalam melakukan pengawasan karena jumlah wisatawan yang begitu banyak.


"Jumlah dinas kabupaten dan Puskesmasnya kan terbatas, stafnya juga terbatas bagi mengawasi begitu banyak, ya agak sulit," ujarnya.


Sekretaris Ditjen Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menyampaikan pihaknya telah memeriksa orang-orang yang diduga kontak Berhubungan dengan turis Jepang yang positif SARS CoV-2 Pembayaran sekaligus memantau kasus pneumonia di daerah itu — namun sejauh ini belum menemukan apa-apa.


"Artinya, kita meyakini tidak mengurangi ada penularan di daerah itu meskipun kita harus Kerangka berpikir dengan masa inkubasi yang dua kali 14 hari berarti kita harus memantaunya sejak tanggal 15 Februari ketika ia datang sampai Berhubungan dengan 2 kali 14 hari ke depan."







Keterangan gambar,

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan Balitbangkes telah memeriksa 134 sampel dan semuanya memamerkan hasil negatif virus corona baru alias SARS CoV-2.







Hingga saat ini, belum ditemukan masalah positif SARS CoV-2 di Indonesia. Menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, sampai hari Rabu (26/02) pukul 18:00, telah dikerjakan uji laboratorium pada 134 sampel dan semuanya memamerkan hasil negatif.


Adapun dua pasien suspek COVID-19 yang meninggal dunia di Semarang dan Batam, kata Menteri Terawan, keduanya dinyatakan negatif.


Hasil uji laboratorium memamerkan bahwa pasien di Semarang terinfeksi virus flu babi atau H1N1, yang menyebabkan pandemik pada tahun 2009.


"Jelas hasilnya bukan corona. Negatif," kata Terawan dalam jumpa pers di Jakarta.


Ia menambahkan bahwa para petugas di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) menguji sampelnya dua kali bagi memastikan.


Pasien di Batam juga memamerkan hasil negatif virus corona, kata Terawan tanpa merinci penyakitnya.


Secara global, Berlebihan dari 80.000 orang di lebih dari 40 Rekan senegara telah terinfeksi virus corona baru, yang muncul pada bulan Desember. Sebagian Otak besar orang yang terinfeksi berada di China.


Di luar China, kini terdapat 2.790 masalah virus corona, dan 44 pasien dilaporkan meninggal dunia.





Artikel ini telah diterbitkan oleh www.bbc.com dengan judul Virus corona: Mungkinkah terinfeksi tapi tidak sakit? - BBC News Indonesia.

Silahkan berbagi jika bermanfaat.


powered by Blogger News Poster

No comments:

Post a Comment